Thursday, August 18, 2005

Abah punya anak spirituil baru namanya Nur Hidayati yang panggilan

sayangnya Nuri. Dianya gadis Jambi yang baru 2 bulan kerja sebagai

counter-girl sebuah doll-store dibilangan Hard-Rock Cafe Thamrin

Jakarta. Nuri ini seorang gadis manis yang wajahnya rada mirip sama teh

Wiena. Kebetulan saat ultahnya juga sama2 23 Agustus yang usianya 7

tahun lebih muda klo diandingkan siteteh. Bedanya dipakulitan. Klo

siteteh kulitnya kuning putih kemerahan, klo Nuri kuning semu kehitaman

dengan jemari yang bersih segar.




Ceriteranya suatu malam sekira jam 22 Nuri dan teman sekamarnya Nunik datang ke wartel.




Mereka terutama Nunik tampak berbincang dengan serius.




Klo Nuri yang oleh Nunik dipanggil Ibu lebih banyak sebagai pendengar dan komentator.




Ketika Nunik tengah bicara di KBU #3, Nuri duduk di kursi tunggu.




Dan pandangan keduanya, Abah yang tengah menghadapi pc # 3 dan Nuri, saling bentrok.




Nuri tampak melontarkan seulas senyum manis sebagai tanda hormat kepada sosok ortu.


Merasa ada yang melontar senyum tentunya dong klo abah kayaknya merasa dag dig dug.


Abah lalu bangun dan mendekati Nuri, lantas menyapa.


"Kamu baru pulang kerja ya?"


"Iya pak." Jawab Nuri dengan senyuman yang tampak mandiri.


"Kamu mengenakan cerlak atau eye-liner?"


"Cerlak. Kenapa pak?" jawab Nuri dengan herannya atas jurus siluman sanca manuk abah.


"Tapi kok kelopak matamu tampak gelap sih." Seruput abah seraya duduk disampingnya.


"Weh kamu ini lagi susah tidur ya? Tentunya lagi banyak pikiran."


Kekeh abah seraya meneliti telapak tangan Nuri.


"Boleh gak bapak pegang tapak tangan kiri kamu?".


"Kenapa pak? Bapak ini paranormal ya?"


Tanya Nuri dengan heran sambil mengangsurkan kengannya.


"Waaahhh, kamu ini gak tahan dingin lho. Hati2 jangan minum es ya."


"Kenapa pak?"


"Kamu ini alergi terhadap hawa dingin."


"Iya pak. Saya ini sebetulnya lagi flu makanya minta pulang duluan."


"Lho. Memangnya klo pulang jam berapa?"


"Jam 12 pak terkadang sampai jam 1."


"Tapi untungnya badan kamu kedot. Tenaga pisik kamu okeh."


Kata abah sambil mengelusi kempolan dan bukit Venus tangan Nuri.


Sekaligus juga sambil menatapi raut wajah yang manis itu.


"Ada pa nak. Wajahmu nampak murung. Apa yang selalu mengganggu pikiran kamu?


Kamu susah tidur, banyak mimpi seram, makan kamu gak teratur, perut sering kembung."


Wajah sigadis tampak heran dengan paduan mata dan mulut yang kian membuka.


Dia ingin berkata kata tapi wajahnya segera menjadi mendung.


Lalu selarik ermata jatuh berderai dari dikedua belah pipinya.


Abah membiarkannya sambil mengelusi dan meremasi tapak tangan kirinya.


Sementara yang kanan sibuk mengeringkan ermata dengan tissue.


"Bapak. Saya kira saya sudah tak punya airmata lagi pak." Sedu n sedannya.


"Lho kenapa?"


"Karena sejak kecil sudah terlalu sering dipakai menangis."


"Tapi ini buktinya kamu masih punya. Klo gitu kamu musti bersyukur kepada Tuhan."


Ketika tangisan hampir pecah abah segera menarik tangannya.


"Ayo nak ikut bapak kedalam. Disana ada ibu."


Lalu sigadispun mengikuti langkah abah kearah ruangan belakang.


"Mamah kenalkan nih. Ini ada anak kita namanya Nuri."


Keduanya lalu bersalaman tapi Nuri langsung merangkul.


"Ibuuu. Nuri jadi inget sama Mamah di Bogor."


Dah dulu ah nulisnya. Ini kan halaman testing percobaan.



Image hosted by Photobucket.com

No comments: